Yield Obligasi AS Terus Terjunkan Emas Ke Level US$1.760
Home -
Yield Obligasi AS Terus Terjunkan Emas Ke Level US$1.760
Category: Berita
Tag: Gold, Trijaya Pratama Futures, Emas, Forex
19 Feb 2021 83
Yield Obligasi AS Terus Terjunkan Emas Ke Level US$1.760
Trijaya Pratama Futures, Jakarta - Emas terus terpuruk dan melanjutkan penurunan selama 6 hari beruntun. Pada saat berita ini diturunkan, emas sudah anjlok ke level terendah dalam sepekan terakhir di level US$1760.55 pada jam 08.29 WIB tadi pagi, Jumat (19/02/2021). Faktor utamanya tentu saja imbal hasil obligasi (yield treasury) AS yang melesat ke level tertinggi akibat optimisme para investor global terhadap pemulihan ekonomi AS. Faktor permintaan emas yang melemah juga semakin membuat harga emas terus tertekan hebat.
Para analis menilai tingginya imbal hasil obligasi yang terdukung oleh sentimen negatif (risk-on) semakin menjeblokkan daya tarik emas sebagai safe haven atau aset lindung nilai terhadap inflasi. Emas harus berjuang keras agar dapat kembali dilirik para pelaku pasar dan investor dan bersaing dengan aset lain yang dapat menjadi nilai lindung inflasi.
"Kelas-kelas aset lain, serta yang ada dalam komoditas, memberikan hasil investasi yang lebih menarik daripada emas saat ini. Kita sedang melihat alokasi ulang di bawah optimisme yang terbaru serta pandangan umum tentang pertumbuhan mendasar yang lebih kuat. Ciri khas emas sebagai lindung nilai inflasi, tidak cukup untuk melawan permintaan yang kuat terhadap aset lain" ujar Michael Langford dari AirGuidr mengomentari buruknya kinerja emas saat ini.
Dalam minggu ini, emas memang terus dibantai karena imbal hasil obligasi AS menembus level 1.32%, tertinggi dalam setahun terakhir.
Bank of America juga memperkirakan emas sulit bangkit karena penurunan permintaan fisik emas dari bank sentral yang turun 60% sebagaimana dilansir dari World Gold Council.
"Disamping hasil imbal obligasi yang luar biasa, hasil penjualan perhiasan emas mengecewakan karena pandemi Covid-19 yang menekan aktivitas pelanggan dan kemerosotan ekonomi. Kurangnya minat dari investor untuk membeli emas semakin menjadi titik tekanan bagi logam mulia tersebut" tulis Bank of America seperti dikutip dari Kitco.